Farmer community empowerment of Local cattle at South Garut Coastal Through Introduction of Knowledge forward Animal Breeding Activity

Abstract
Cattle at South Garut coastal is local animal specify and it became a real income for
farmer community at South Garut. But, the fact on field condition describes that they do
not have a commitment to increase the animal genetic quality. On that apology,
researcher interested to study some social aspects. The aims of the research are to
recognize the attitude changing of the farmer community forward animal breeding
activity and to recognize some delay factors in that activity. The research was
conducted at Kelompok Peternak Sapi Pasir Pogor Pameungpeuk sub district, Garut
Regency, West Java since 15 March, 2009 to 16 August , 2009. There are two method
to doing this research, there are micro-qualitative (participatory rural appraisal) and
macro-quantitative (survey formality) toward 50 farmers as respondents. The result of
the research showed that there were not the attitude changing of farmer community
toward animal breeding activity, because the research result showed that cognition
aspects were 20% high knowledge, 50% moderate knowledge, 30% poor knowledge
and changed become 25 high knowledge, 45% moderate knowledge, 30% poor
knowledge, while that affection aspects were 30% agreed, 35% less agreed, 35% no
agreed and they increased became 35% agreed, 30% less agreed and 35% no
agreed. Sum of two variable is the attitude categorical, there were 20% supported,
50% moderate supported, 30% no supported and they increased become 25%
supported, 45% moderate supported and 30% no supported. Some factors delayed the
breeding activity are miss information or introducing of knowledge about animal
genetics improvement, exploration of crop carrying capacity, breeding management
poorly and its capitalism.
Key word : farmer community development, animal genetic improvement, attitude.

PENDAHULUAN
Plasma nutfah ternak mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan
pangan dan kesejahteraan bagi masyarakat dan lingkungannya. Berbagai tantangan
yang dihadapi dalam pengembangan plasma nutfah perlu dikaji agar di masa yang
akan datang tidak punah bahkan menjadi maenstrem agribisnis yang menguntungkan
bagi peternak kecil maupun besar. Suatu kajian dalam upaya menghadapinya adalah
melakukan upaya konservasi. Riwantoro (2005) menjelaskan bahwa konservasi adalah
semua bentuk kegiatan yang melibatkan tatalaksana pemanfaatan sumberdaya
genetik dengan baik untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pertanian saat ini dan
masa yang akan datang dengan mempertahankan keragaman genetik yang
dikandungnya.
Salah satu plasma nutfah yang perlu mendapat perhatian di Jawa Barat adalah
sapi lokal yang terdapat di pesisir pantai selatan. Sapi ini termasuk bangsa potong
dengan karakter kualitatif tidak berpunuk, pola warna putih dominan merah sedangkan
karakter fenotip kuantitatip yang dimiliki (performa) relatif jelek.
Sapi lokal yang terdapat di Garut Selatan selama ini dipelihara oleh peternak
pedesaan dengan pemeliharaan secara tradisional, tidak menggunakan sentuhan
teknologi baik pakan, kesehatan maupun sistem perkawinan. Dari sudut pemuliaan,
ternak-ternak dikawinkan secara alami di tempat penggembalaan sehingga peluang
terjadinya inbreeding cukup tinggi, tidak dilakukan rekording, disamping pola penjualan
ternak yang tidak diatur sehingga banyak ternak baik jantan maupun betina
dengan fenotip baik terjual (keluar dari populasi). Pola pemeliharaan semacam ini
dapat berakibat buruk secara genetis bagi kekayaan plasma nutfah Jawa Barat.
Dalam rangka mencapai cita-cita swa sembada daging nasional 2010, ternak
lokal pesisir Garut selatan sebagai plasma nutfah memegang peranan penting.
Peranan ini didasari atas keunggulan ternak lokal yang mampu hidup dalam
lingkungan ekstrim dibanding ternak impor, sehingga perlu ditingkatkan melalui
perbaikan mutu bibit secara terpadu. Tujuan dari peningkatan mutu bibit adalah
peningkatan populasi dan nilai tengah populasi (produktivitas). Oleh karena itu
pendekatan pemberdayaan peternak menjadi penting agar peternak dapat mandiri
dalam merencanakan, mengatur dan menentukan pola serta strategi pemuliaan ternak.
Pemberdayaan peternak merupakan sebuah metode pemberdayaan
masyarakat yang menurut Hikmat (2001) dan Suharto (2005) memungkinkan orang
atau masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar
pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya atau suatu
usaha dalam membantu orang biasa untuk meningkatkan lingkungannya dengan
melakukan aksi kolektif dalam bidang ekonomi, penguatan social atau pengembangan
sector non profit.
Definisi pemberdayaan masyarakat yang lainnya ialah sebuah terminologi yang
bersifat luas pada tataran praktek dan diaplikasikan oleh para praktisi dan akademisi,
pemimpin sipil, aktivis, pembangun peradaban, para profesional, demi satu tujuan
untuk melakukan penguatan aspek lokal yang dimiliki oleh masyarakat tersebut
dengan penggalian potensi yang ada secara mandiri (Community Development,
Wikipedia, diakses 27 September 2009).
Kegiatan pemberdayaan peternak dimaksud adalah upaya mengubah
kesadaran, memperkuat keinginan dan perlakuan masyarakat peternak sebagai obyek
atau pelaku yang berperan dalam peningkatan mutu genetik ternak sapi lokal agar
diperoleh bibit yang baik secara mandiri. Perubahan sikap peternak yang mendukung
kegiatan pemuliaan ternak dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan peningkatan
mutu genetik secara berkelanjuan, dengan mengetahui perubahan sikap peternak
akan diketahui faktor-faktor kendala dalam pelaksanaan kegiatan pemuliaan ternak di
lapangan.
Di Garut Selatan terdapat kelompok peternak sapi Pasir Pogor yang
memelihara sapi lokal pesisir Jawa Barat dengan jumlah populasi cukup tinggi yaitu
740 ekor, jumlah anggota kelompok 72 anggota tersebar di tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Sanang, Pameungpeuk dan Cikelet. Populasi ternak dikumpulkan dalam
satu kawasan tanah Negara seluas 10 hektar. Eksistensi kelompok yang tinggi
tersebut belum diimbangi dengan penyuluhan yang intensif dari dinas terkait sehingga
tidak tersentuh berbagai informasi menyangkut teknologi pembibitan, pakan dan tata
laksana pemeliharaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut menarik dilakukan penelitian pemberdayaan
peternak sapi pesisir Garut Selatan melalui introduksi pengetahuan di
Kelompok Peternak Sapi Pasir Pogor Kabupaten Garut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan sikap peternak dalam mendukung kegiatan peningkatan mutu
genetik secara dan faktor-faktor kendala dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan
mutu genetik di lapangan.
METODE PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah 50 anggota kelompok peternak sapi Pasir
Pogor yang berasal dari 3 kecamatan yaitu kecamatan Sancang, Pameungpeuk dan
Cikelet kabupaten Garut Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mikro kualitatif menggunakan PRA (participatory rural appraisal) dan Makro
kuantitatif menggunakan metode survey formal pada anggota kelompok Peternak Sapi
Pasir Pogor sebanyak 50 responden.
PRA (participatory rural appraisal) didasarkan pada kenyataan bahwa
masyarakat peternak sapi lokal pesisir Garut Selatan memiliki beberapa kendala dalam
pemeliharaan, antara lain kurangnya daya dukung lahan untuk pakan pada musim
kering, produktivitas ternak seperti penampilan lahir, penampilan dewasa semakin
mengecil dan sering terjadi kasus keguguran Kondisi ini berpengaruh terhadap
pendapatan atau kesejahteraan peternak. Akan tetapi masyarakat tidak memiliki
kemampuan dalam merencanakan, menyusun kebijakan real dalam mengatasi
masalah tersebut di lapangan.
Berdasarkan ilustrasi di atas maka perlu dilakukan upaya pemberdayaan
melalui partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan (motivasi positip).
Pemberdayaan adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat
kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan yang berlangsung secara
dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta
dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri (Gitosaputro, 2006).
PRA (participatory rural appraisal) merupakan metode yang memungkinkan
masyarakat desa saling berbagi, menambah dan menganalisis pengetahuan tentang
kondisi kehidupannya dalam rangka untuk membuat perencanaan dan tindakan.
Prinsip dasar dalam PRA antara lain mengutamakan yang terabaikan, Penguatan
masyarakat, Masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator, Saling Berlajar
dan Menghargai Perbedaan, Santai dan informal, Trianggulasi, Optimalisasi Hasil,
Orientasi praktis, Keberlanjutan, Belajar dari kesalahan dan Terbuka (Andrian, 2008).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. sesi partisipasi aktif yaitu pendekatan pelatihan dan kunjungan
2. partisipasi atas permintaan setempat, pendekatan yang didorong oleh permintaan
dan kegiatan penelitian dengan metode motivasi dan animasi untuk mendorong
masyarakat tertarik pada suatu yang baru dan berbeda menurut Gitosaputro
(2006).
Metode penelitian makro kuantitatif menggunakan metode survey formal pada
anggota kelompok Peternak Sapi Pasir Pogor sebanyak 50 responden untuk diambil
data primer. Data sekunder diperoleh dari monografi kecamatan, laporan tahunan
kecamatan dan sumber lain. Variabel yang diamati yaitu sikap peternak yang terdiri
dari :
1. Pengetahuan (kognisi), antara lain pengetahuan tentang pemahaman peningkatan
mutu genetik untuk meningkatkan kualitas bibit, pengetahuan mengenai
peningkatan mutu genetik ternak dan pengetahuan mengenai kegiatan pemuliaan
ternak, sistem perkawinan dan seleksi.
Pengetahuan ketiga variabel tersebut dibuat dalam katagori pengetahuan tingi
dengan skor 3, pengetahuan cukup dengan skor 2 dan pengetahuan rendah
dengan skor 1.
2. Tanggapan (afeksi), antara lain tanggapan peternak mengenai inbreeding dan out
breeding, tanggapan peternak dari tujuan peningkatan mutu genetik ternak, dan
tanggapan peternak mengenai pentingnya peningkatan mutu bibit.
Tanggapan ketiga variabel tersebut dibuat dalam katagori setuju dengan skor 3,
kurang setuju dengan skor 2 dan tidak setuju dengan skor 1.
Penentuan katagori sikap peternak secara keseluruhan dengan menjumlahkan
skor variabel pengetahuan dan skor variabel tanggapan, hasilnya menggambarkan
sikap peternak terhadap kegiatan peningatan mutu genetik ternak sapi lokal pesisir
Garut Selatan yang dikatagori menjadi tiga yaitu mendukung, belum mendukung dan
tidak mendukung. . Nasution (1993) menyatakan bahwa skala tipe Likert mempunyai
reliabilitas tinggi dalam mengurutkan manusia berdasarkan intensitas sikap tertentu.
Skor untuk tiap pernyataan juga mengukur intensitas sikap responden terhadap
pernyataan itu. hasil perhitungan didapat beberapa katagori sebagai berikut ;
1. sikap peternak (mendukung 65.5-84.5, belum mendukung 46.5-65.4, tidak
mendukung 27.5-46.4)
2. pengetahuan peternak (tinggi 35.5-45.5, cukup 25.4-35.4, rendah 15.2-25.3)
3. tanggapan peternak (setuju 30.5-39.5, kurang setuju 21.4-30.4, tidak setuju 12.3-
21.3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemetaan Sosial di Garut Selatan
Kelompok peternak Sapi Pasir Pogor beranggotakan 72 anggota tersebar di
tiga kecamatan, yakni kecamatan Pameungpeuk, Cibalong dan Cikelet. Kantor pusat
dan kawasan pemeliharaan berada di desa Mancagahar kecamatan pameungpeuk
kabupaten Garut. Melalui kajian berbasis kawasan maka pemetaan wilayah difokuskan
pada kecamatan ini. Hal ini disebabkan kawasan peternakan seluas 10 hektar milik
negara bisa diakses oleh seluruh peternak di tiga kecamatan tersebut.
Deskripsi hasil pemetaan wilayah menunjukkan bahwa kecamatan
Pameungpeuk yang notabene sejajar secara geografis dengan kecamatan Cikelet dan
Cibalong memiliki jarak yang cukup jauh ke Ibu Kota Garut yaitu 86 km, dengan
topografi dataran rendah dengan ketinggian 1-500 meter di atas permukaan laut
dengan kemiringan lahan 0-40%, suhu udara 27-35 derajat celcius dan rata-rata curah
hujan 1.321 mm. Luas wilayah 4411 ha terbagi dalam lahan perkebunan kelapa 404
Ha, sayuran 50 ha, 2000 ha persawahan dan sisanya perumahan (laporan Tahunan
Kecamatan Pameungpeuk 2008).
Dari deskripsi wilayah tersebut menggambarkan bahwa wilayah kecamatan
Pameungpeuk cukup potensial untuk dikembangkan peternakan berintegrasi pertanian
dan perkebunan.
Hasil pemetaan demografi bahwa jumlah penduduk 41.387 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk 9902 jiwa, kepadatan penduduk 831 per km² terdistribusi
dalam mata pencaharian agrobisnis 90 %, nelatan 8%, dan pedagang2% (Laporan
tahunan Kecamatan Pameungpeuk, 2008). Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi
masyarakat petani di wilayah ini layak dikembangkan sebagai basis perekonomian
masyarakat. Namun hal ini tidak diimbangi dengan rendahnya sarana perangkat keras
dan lunaknya, seperti penyuluhan berkala, pembangunan sumber air yang memadai
dan berbagai program pemberdayaan petani yang lain.
Kondisi di atas dapat dilihat dari aspek pemetaan ekonomi yang menunjukkan
sebagian besar masyarakat kecamatan Pameungpeuk hidup di bawah garis
kemiskinan yaitu 60 % berpenghasilan antara 200 ribu – 500 ribu rupiah perbulan,
padahal rata-rata pengeluaran perbulan 500 ribu – 1 juta rupiah.
Pemetaan Sosial di Kelompok Peternak Sapi Pasir Pogor
Kelompok peternak sapi Pasir Pogor berdiri sejak tahun 1993 dengan jumlah
anggota berkembang menjadi 72 orang, Sebelumnya merupakan kelompok peternak
kerbau dengan jumlah anggota yang sedikit (15 anggota), berlokasi di sebelah utara
lokawisata Pantai Sayang Heulang desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk
kabupaten Garut dengan jarak dari lokasi ke ibu kota kecamatan 4 km. Luas areal
peternakan 10 hektar yang digunakan untuk kandang dengan topografi dataran
rendah dengan ketinggian 15 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lahan
15%, suhu udara 27-35 derajat celcius dan rata-rata curah hujan 1.321 mm. Jumlah
kandang 53 buah dengan luas tiap kandang 100 m². Areal ini tidak dilengkapi dengan
padang penggembalaan dan sumber air. Kondisi tersebut menggambarkan belum
tereksplorasi dengan baik potensi lahan yang dimiliki pada kawasan.
Hasil pemetaan demografi bahwa jumlah anggota 72 orang, setiap anggota
merupakan kepala keluarga di rumah tangga peternak masing-masing. Beternak sapi
lokal pesisir Garut Selatan merupakan mata pencaharian yang sebagian besar
menjadi usaha pokok 80 %, dan usaha sambilan 20%, . Tingkat kepemilikan ternak 55
% memiliki 10-15 ekor, 25% memiliki 6-9 ekor dan 20 % di bawah 5 ekor. Kondisi ini
menunjukkan bahwa potensi masyarakat peternak di wilayah ini layak dikembangkan
sebagai basis perekonomian masyarakat. Namun hal ini tidak diimbangi dengan
rendahnya sarana perangkat keras dan lunaknya, seperti penyuluhan berkala,
pembangunan sumber air yang memadai dan bantuan skim permodalan dari luar.
Peternak di kelompok ini memiliki tingkat pendidikan Magister 1 %, SMA/ SMK/
MA 11 %, SLTP 20 %, SD 30%, dan 40 % tidak tamat SD dengan pengalaman beternak
kurang dari 10 tahun 10%, antara 10-20 tahun 60%, lebih dari 20 tahun 30%.
Umur peternak tergolong usia produktif yaitu antara 20 – 60 tahun (Patmonodewo,
2001). Di masyarakat Garut Selatan peternak sapi lokal memiliki status social yang
tinggi. Hal ini dilihat dari tingkat investasi yang dimiliki antara 15 juta sampai 100 juta
rupiah per tahun dengan penghasilan yang cukup tinggi 16 juta sampai 120 juta rupiah
pertahun, sehingga tingkat ekonomi, pendidikan anak dan kesehatan cukup terjamin.
Introduksi Pengetahuan Dalam Kegiatan Peningkatan Mutu Genetik Ternak
Metode Participatory Rural Appraisal merupakan metode mikro kualitatif
dengan melandaskan prinsip-prinsip mengutamakan yang terabaikan, Penguatan
masyarakat, Masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator, Saling Berlajar
dan Menghargai Perbedaan, Santai dan informal, Trianggulasi, Optimalisasi Hasil,
Orientasi praktis, Keberlanjutan, Belajar dari kesalahan dan Terbuka (Gitosaputro,
2006).
Hasil observasi menunjukkan kondisi obyektif di kelompok peternak Sapi Pasir
Pogor Kecamatan Pameungpeuk sebagai berikut ;
1. Aspek Manajemen Pemeliharaan yaitu tidak memperhitungkan kualitas dan
kuantitas pakan, tidak ada sumber air untuk minum, tidak ada control dan
pengobatan penyakit, tidak ada sarana perkandangan yang memadai (kapasitas
tampung dan peralatan kandang), tidak ada eksplorasi daya dukung lahan
penghasil limbah pertanian,
2. Aspek Pengetahuan yaitu tidak ada penyuluhan berkala di kelompok oleh dinas
terkait, tidak ada program pemberdayaan peternak baik dari kelompok maupun dari
luar kelompok,
3. Aspek Genetis yaitu kenyataan dari generasi ke generasi performa ternak terjadi
penurunan, tidak ada kartu recording untuk data kelahiran, sapih maupun produksi,
tidak ada pengaturan perkawinan, tidak ada seleksi untuk memilih bibit yang baik.
Atas dasar ilustrasi di atas maka dilakukan penelitian pemberdayaan dengan pendekatan
sesi partisipasi aktif yaitu pendekatan pelatihan dan kunjungan, partisipasi
atas permintaan setempat yaitu pendekatan yang didororng oleh permintaan dan
kegiatan penelitian dengan metode motivasi dan animasi untuk mendorong
masyarakat tertarik pada suatu yang baru dan berbeda menurut Gitosaputro (2006).
Sebelum dilakukan introduksi pengetahuan, sejumlah 50 peternak diambil
sebagai responden untuk dieksplorasi pengetahuannya tentang kegiatan peningkatan
mutu genetik ternak.

Pendekatan pelatihan dilakukan melalui penyuluhan formal dengan materi optimalisasi
sapi lokal pesisir Garut Selatan melalui peningkatan mutu bibit terpadu sebanyak 2 kali

Peningkatan Mutu Bibit Terpadu
Hasil kegiatan partisipatif diteliti kuantifikasinya untuk diketahui perubahan
sikap peternak dalam meningkatkan mutu genetik ternak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sikap peternak terhadap kegiatan peningkatan mutu genetik ternak pada
umumnya belum mendukung baik sebelum maupun sesudah dilakukan introduksi
pengetahuan.
Hal ini ditunjukkan dengan data kognisi peternak terhadap kegiatan
peningkatan mutu genetik 20% pengetahuan tinggi, 50% pengetahuan cukup dan 30%
pengetahuan rendah dan meningkat menjadi 25% pengetahuan tinggi, 45%
pengetahuan cukup dan 30% pengetahuan rendah. Aspek yang diteliti dalam
pengetahuan peternak antara lain pemahaman peningkatan mutu genetik ternak untuk
mendapatkan bibit ternak, pengetahuan peternak mengenai tujuan pembibitan ternak
dan mengenai kegiatan pembibitan ternak sapi lokal.
Data afeksi peternak terhadap kegiatan peningkatan mutu genetik ternak 30%
setuju, 35% kurang setuju dan 35% tidak setuju dan meningkat menjadi 35% setuju,
30% kurang setuju dan 35% tidak setuju. Aspek yang diteliti dalam tanggapan
peternak terhadap peningkatan mutu genetik ternak antara lain perkawinan inbreeding
dan outbreeding, tujuan dan pentingnya kegiatan pembibitan terna.
Sikap peternak terhadap kegiatan peningkatan mutu genetik ternak dapat
diketahui dari kognisi dan afeksinya yaitu dengan menjumlahkan skor keduanya. Data
penjumlahan katagori sikap dari penjumlahan skor tiap vareabel 20% mendukung, 50%
belum mendukung dan 30% tidak mendukung dan meningkat menjadi 25%
mendukung, 45% belum mendukung dan 30% tidak mendukung.
Hasil analisa di atas dilakukan pengamatan secara mendalam dan informal,
didapat beberapa alasan mendasar kegiatan peningkatan mutu genetik ternak sapi
lokal belum mendukung, yaitu ;
1. kegiatan pemeliharaan dan sistem perkawinan yang selama ini dilakukan dirasa
masih aman dalam memberikan kontribusi pendapatan peternak,
2. kemandirian dalam kegiatan peningkatan mutu genetik perlu mendapat
pengawasan dari fasilitator, sampai saat ini belum dilakukan pengawasan terhadap
keluar masuknya ternak dari populasi,
3. kegiatan peningkatan mutu genetik membutuhkan dana yang relative besar
sementara pengaruhnya secara langsung terhadap penigkatan pendapatan belum
teridentifikasi,
4. Sarana dan prasarana areal peternakan belum optimal sehingga factor lingkungan
sulit untuk dioptimalisasikan. Padahal dalam kegiatan pemuliaan ternak harus
diupayakan lingkungan sebaik mungkin dengan variasi yang sekecil mungkin.
Ilustrasi di atas dapat digambarkan beberapa factor yang menjadi kendala
dalam kegiatan peningkatan mutu genetik antara lain kurangnya informasi atau
pengetahuan tentang bibit dan eksplorasi daya dukung lahan pertanian, pemeliharaan
yang tidak intensif dan permodalan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
setelah mendapatkan introduksi pengetahuan belum terjadi perubahan sikap peternak
terhadap peningkatan mutu genetik ternak. Beberapa hambatan dalam pemberdayaan
peternak sapi pesisir garut selatan melalui introduksi pengetahuan dalam kegiatan
peningkatan mutu genetik ternak lain kurangnya informasi atau pengetahuan tentang
bibit dan eksplorasi daya dukung lahan pertanian, pemeliharaan yang tidak intensif dan
permodalan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa introduksi pengetahuan
terhadap peternak belum berhasil.
SARAN
Konservasi sapi lokal pesisir Garut Selatan sebagai plasma nutfah perlu
dikembangkan sehingga dapat menjadi maenstrem agribisnis yang menguntungkan
bagi masyarakat peternak. Dalam rangka optimalisasi potensi tersebut, maka
pemberdayaan masyarakat peternak perlu ditingkatkan dengan penyuluhan yang
intensif, bantuan sarana dan prasarana perkandangan dan permodalan dari berbagai
pihak.

Posted in Knowledge managemen | 5 Comments

Pemberdayaan Peternak Sapi Pesisir Garut Selatan Melalui Introduksi Pengetahuan Dalam Kegiatan Peningkatan Mutu Genetik Ternak

Sapi pesisir Garut Selatan merupakan sapi lokal yang khas dengan berbagai
sifat kualitatif dan kuantitaif yang dimiliki mampu manjadi sumber pandapatan andalan
masyarakat Garut Selatan. Namun perhatian peternak terhadap mutu genetik untuk
meningkatkan kualitas bibit masih kurang. Atas dasar ini peneliti tertarik untuk
melakukan pengkajian aspek sosial yang bertujuan untuk mengetahui perubahan
sikap peternak terhadap kegiatan peningkatan mutu genetik ternak dan mengetahui
faktor-faktor yang menjadi kendala dalam kegiatan tersebut. Penelitian telah dilakukan
di kelompok Peternak Sapi Pasir Pogor Kecamatan Pameungpeuk selama enam bulan
dari 15 Maret sampai 16 Agustus 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mikro kualitatif menggunakan PRA (participatory rural appraisal) dan Makro
kuantitatif menggunakan metode survey formal pada anggota kelompok Peternak Sapi
Pasir Pogor sebanyak 50 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap
peternak terhadap kegiatan peningkatan mutu genetik ternak pada umumnya belum
mendukung baik sebelum maupun sesudah dilakukan introduksi pengetahuan. Hal ini
ditunjukkan dengan data kognisi peternak terhadap kegiatan peningkatan mutu genetik
20% pengetahuan tinggi, 50% pengetahuan cukup dan 30% pengetahuan rendah dan
meningkat menjadi 25% pengetahuan tinggi, 45% pengetahuan cukup dan 30%
pengetahuan rendah , data afeksi peternak terhadap kegiatan peningkatan mutu
genetik ternak 30% setuju, 35% kurang setuju dan 35% tidak setuju dan meningkat
menjadi 35% setuju, 30% kurang setuju dan 35% tidak setuju. Data penjumlahan
katagori sikap dari penjumlahan skor tiap vareabel merupakan katagori sikap yaitu
20% mendukung, 50% belum mendukung dan 30% tidak mendukung dan meningkat
menjadi 25% mendukung, 45% belum mendukung dan 30% tidak mendukung. Faktor
yang menjadi kendala dalam kegiatan peningkatan mutu genetik ternak adalah
kurangnya informasi atau pengetahuan tentang bibit dan eksplorasi daya dukung
lahan, pemeliharaan yang jelek dan permodalan.
Kata kunci : Pemberdayaan Peternak, Peningkatan Mutu Genetik, Perubahan Sikap

Posted in Knowledge managemen | 16 Comments

Studi Kasus Bidang Perkebunan

Abstrak

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah prototype KM bidang perkebunan, selama tiga tahun,dimana pada tahun pertama adalah eksplisit database, tahun kedua tacit database dan tahun ketiga kombinasi antara eksplisit dan tacit knowledge bidang perkebunan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan metode “soft system methodology”. Faktor yang mendukung keberhasilan kegiatan penelitian ini adalah tersedianya data dan informasi diberbagai lembaga penelitian pemerintah dan swasta, serta universitas di berbagai kota seperti: Jakarta, Bogor dan Bandung, sekaligus penguasaan metodologi dalam analisis.

Persaingan internasional pada saat ini cenderung lebih ketat dan kompleks, untuk itu perlu dicari cara atau model untuk mendapatkan produk atau jasa yang diperlukan oleh pasar di bidang perkebunan. Inovasi dapat membantu perkebunan dalam meningkatkan daya saing produk mereka ke pasar dalam negeri atau internasional. Sehingga bidang perkebunan sangat tergantung dari pengelolaan pengetahuan apakah akan terjadi siklus knowledge yaitu konversi perpindahan dari tacit ke tacit, kemudian dari tacit ke explicit knowledge dan perpindahan eksplisit ke eksplisit knowledge dan akhirnya dari eksplisit ke tacit knowledge.

Oleh karena itu pengelolaan knowledge (knowledge management) ini menjadi penting bagi pengembangan perkebunan di Indonesia dan peningkatan daya saing hasil perkebunan di masa depan.

Pendahuluan

Dalam buku yang ditulis Krogh, Ichiyo, dan Nonaka, 2000 : disampaikan ringkasan gagasan yang mendasari pengertian mengenai pengetahuan yaitu: (1) pengetahuan merupakan justified true believe; (2) pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terbatinkan (tacit); (3) penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaaan tersebut; (4) penciptaaan pengetahuan melibatkan lima langkah utama yaitu: 1. berbagi pengetahuan terbatinkan (tacit); 2.menciptakan konsep, 3. membenarkan konsep; 4. membangun prototype; dan 5. melakukan penyebaran pengetahuan.

Pertanyaannya Bagaimana mengelola pengetahuan yang eksplisit sekaligus terbatinkan (tacit) ? untuk menjawabnya, maka diperlukan suatu penelitian KM pada bidang tertentu sebagai upaya akademik untuk menemukan solusi ilmiah bagi persoalan-persoalan manusia. Di dalam kegiatan penelitian KM ini diperkirakan selama tiga tahun yang terdiri dari tiga tahap yaitu :

Tahun pertama adalah mengidentifikasi kategori pengetahuan tentang perkebunan yang diperlukan untuk mendukung penelitian KM; mengorganisasikan dan menganalisis informasi ke dalam database sebagai eksplisit database; disain system perkebunan; struktur database dan prototype perkebunan.

Tahun kedua adalah mengidentifikasi kategori pengetahuan tacit yang terdiri dari komunikasi antar peneliti, peneliti dengan petani, antar petani, peneliti dengan pengusaha, antar pengusaha dst dengan menggunakan Visual Prolog  expert system bidang perkebunan.

Tahun ketiga adalah kombinasi antara pengetahuan eksplisit dan tacit dengan Visual Prolog bidang perkebunan.

Tujuan Penelitian
Membuat dan mengembangkan prototype “Pengelolaan Pengetahuan (knowledge management)“ baik yang eksplisit maupun tacit bidang perkebunan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode “soft system methodology (SMM). Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui data sekunder dari data statistik dan data internal di bidang perkebunan, serta data primer melalui wawancara mendalam (in-depth interview) tentang KM dari bidang perkebunan. Penelitian ini memilih bidang perkebunan karena berdasarkan pada system (input, proses, output) mulai dari hilir sampai hulunya secara komprehensif.
SMM didasarkan pada system berpikir yang memungkinkan dapat menjelaskan dan mendefinisikan masalah, tetapi fleksibel dalam penggunaan dan luas ruang lingkupnya.

Sebagaimana uraian di atas maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan interdisipliner. Satu disiplin ilmu saja tidak akan mampu menjawab tantangan permasalahan pengelolaan pengetahuan yang sangat kompleks.

Data yang dibutuhkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer meliputi wawancara dengan para nara sumber dari berbagai disiplin ilmu, untuk memperkaya analisis, maka wawancara dengan berbagai pihak yang mempunyai kompetensi serta relevansi dengan penelitian KM ini.

Sedangkan data sekunder berkaitan dengan data-data bidang perkebunan mulai dari benih- off farm-on farm sampai pemasarannya.

1. Membuat desain system perkebunan dari benih – off-farm – on farm – pemasaran;
2. Membuat struktur database “ pengetahuan eksplisit”;
3. Mengumpulkan data sekunder yang menunjukkan perusahaan/organisasi yang melakukan interfaces antar litbang, manufacturing dan pemasaran;
4. Mengidentifikasi asset pengetahuan perkebunan dan sumber jaringan kepakaran bidang perkebunan dalam rangka mengumpulkan pengetahuan eksplisit dan tacit yang mungkin dijadikan knowledge sharing;
5. Mengumpulkan kegiatan dan pengalaman dari perusahaan tersebut baik dalam KS maupun kerjasama melalui teknologi informasi (database, mailing list, diskusi, seminar, dsb);
6. Memetakan pengetahuan eksplisit dan tacit dalam modus knowledge conversion dan content untuk mengetahui aliran pengetahuan disuatu organisasi/perusahaan;
7. Menguji KM dan KS disuatu organisasi/perusahaan;
8. Menyusun model KM dan KS dari hasil kajian ini.

Kerangka Teori

Mengembangkan teori “ translucent design” . Berkaitan dengan manfaat pertama di atas, penelitian ini mencoba menerapkan teori yang dikembangkan oleh Thomas dan Kellog (2000), dua peneliti dari IBM yang tertarik mendesain system untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antar kelompok orang. Teori mereka memanfaatkan karakteristik interaksi di dunia fisik yang bias diterpakan (transposed) ke dunia digital, sehingga sistem dapat mendukung komunikasi yang mendalam, koheren, dan produktif.

Pengelolaan pengetahuan harus dapat menjelaskan hubungan pengetahuan dengan strategi, suatu perusahaan harus mengembangkan tujuan strateginya, mengidentifikasikan kebutuhan pengetahuannya untuk nantinya dapat benar-benar melaksanakan pilihan strateginya, dan menjelaskan kesenjangan (gaps) knowledge strateginya dengan membandingkan strategi perusahaan tersebut dengan asset knowledge yang mereka punyai. Pilihan strategi perusahaan berdasarkan pada teknologi, pasar, produk, jasa dan proses yang mempunyai dampak langsung pada knowledge, keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk dapat bersaing di pasar yang dituju.

Pada waktu ini asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) keberhasilan perusahaan di Jepang ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan pengetahuan dalam organisasinya (organizational knowledge creation). Penciptaan knowledge tercapai melalui pemahaman atau pengakuan terhadap hubungan synergistic dari tacit dan exsplicit knowledge dalam organisasi, serta melalui desain dari proses social yang menciptakan knowledge baru dengan mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge.

Dengan demikian pengertian knowledge di sini adalah pengetahuan, pengalaman, informasi faktual dan pendapat para pakar. Organisasi perlu terampil dalam mengalihkan tacit ke explicit dan kemudian ke tacit kembali yang dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk baru. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) perusahaan Jepang mempunyai daya saing karena memahami knowledge merupakan sumber daya.

Knowledge ini harus dikelola, karena harus direncanakan dan diimplementasikan. Berhubung organisasi adalah jaringan dari keputusan, para pengambil keputusan dan pengambilan keputusan, maka perlu dikelola agar menjadi efektif keputusannya dan terintegrasi serta terpahaminya dampak dari keputusan tersebut. Karena keputusan merupakan hasil komitmen terhadap tindakan. Keputusan juga menfasilitasi tindakan dengan mendefinisikan dan mengelaborasi maksud dengan mengalokasikan sumber daya yang ada. Tindakan dan maksud organisasi berinteraksi dengan bermacam-macam elemen lingkungan melalui horizon waktu yang lama, para pengambil keputusan menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian yang besar sekali untuk memahami issue yang ada, mengidentifikasi alternatif yang sesuai, mengetahui outcome dan menjelaskan serta menentukan keinginannya. Oleh karena itu keputusan yang rasional memerlukan informasi di atas kemampuan organisasi untuk mengumpulkan informasi dan memprosesnya di atas kapasitas manusia untuk melakukannya.

Ruang lingkup penelitian ini lebih diarahkan kepada identifikasinya terciptanya pengetahuan bidang perkebunan.

Hasil yang Diharapkan pada Tahun Pertama

Dalam mencapai tujuan penelitian di atas, maka analisis yang akan digunakan yakni analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dimaksudkan untuk menjelaskan berbagai data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini. Di sisi lain analisis kuantitatif dimaksudkan untuk mempertajam temuan kualitatif yang diperoleh. Namun detail dari bentuk-bentuk analisis yang digunakan dan variable yang akan menjadi focus dalam studi ini akan dipikirkan lebih lanjut.

Analisis kesenjangan knowledge strategi yang didasarkan pada kerangka tingkat tingginya Zack.

Apa yang harus hubungan / link Apa yang harus
Diketahui oleh ======================= dikerjakan oleh
Perusahaan knowledge – strategi perusahaan

Knowledge gap kesenjangan strategi

Hubungan/link
Apa yang diketahui ===================== Apa yang dapat
Perusahaan strategi- knowledge dilakukan oleh
Perusahaan

Untuk mengkaji posisi knowledge perusahaan/organisasi bidang perkebunan saat ini, sangat perlu untuk mendokumentasikan asset knowledge bidang perkebunan yang ada. Terdapat 10 langkah roadmap dari manajemen pengetahuan, tetapi untuk analisis diperlukan tiga klasifikasi kerangka :

• Core Knowledge. Pengetahuan yang dapat menjalankan perusahaan/organisasi, misalnya menciptakan hambatan untuk perusahaan/organisasi baru yang akan masuk pasar. Produk yang dihasilkan belum dapat dibedakan dengan pesaingnya.
• Advanced knowledge. Perusahaan/organisasi dapat bersaing. Pengetahuan dapat menghasilkan produk yang berbeda dengan pesaingnya, melalui knowledge yang superior.
• Innovative Knowledge. Perusahaan organisasi mampu menjadi pemimpin di industrinya dan sangat jelas berbeda dengan pesaingnya. Michael Zack menjelaskan bahwa innovative knowledge memungkinkan perusahaan/organisasi untuk merubah aturan main (rule of the game).

Desain Konseptual KM Perkebunan

Secara umum pendekatan yang ditawarkan adalah pendekatan menyeluruh (komprehensif), artinya pada setiap tahap akan dikerjakan seluruh bagian dari daur pengetahuan (tacit-tacit dan explicit-explicit) dengan harapan sistem akan berfungsi secara operasional pada setiap tahapan.
Gambaran konseptual dari elemen-elemen system KM perkebunan adalah:

Teknologi

1. Teknologi database relasional (RDMBS);
Merupakan tulang punggung dari system, dengan membangun system RDMBS, akan dihasilkan system yang memiliki aspek pemindahan (portability), pembesaran (scalability) bidang perkebunan dengan baik.

2. Client server
Untuk membuat system KM dapat diperluas dengan mudah dan diakses dari banyak titik akses, pendekatan client-server yang akan digunakan adalah Web Based Client Server (PHP) dan Convensional Client Server (Delphi,VB, dan lain-lain).
3. Web Service
Salah satu perkembangan teknologi client server yang akan digunakan, dengan penerapan teknologi ini (dengan antar muka XML) diharapkan system akan semakin mudah untuk bekerja sama dengan system-sistem
lainnya.
4. Artificial Inttelegence/ Expert System
Salah satu bentuk pengembangan dari system KM perkebunan adalah dengan menambahkan teknologi kecerdasan buatan ke dalam system KM perkebunan sehingga menambah daya guna system.

Hasil untuk tahun pertama lihat daftar table Data Struktur (pada lampiran halaman 1 s/d 6).

Sehingga :
• teridentifikasinya informasi bidang perkebunan yang diperlukan, dicari dan digunakan;
• teridentifikasinya penciptaan knowledge bidang perkebunan;
• teridentifikasinya strategi pengembangan perkebunan untuk menumbuhkan budaya inovasi dalam menghadapi perubahan lingkungan (pasar dan pemakai) agar berdaya saing di pasar local dan internasional;
• teridentifikasinya siklus knowledge dalam bidang perkebunan.

Kerangka Analitik (Diskusi Metodologi, Teori dan Hasil)

Salah satu cara untuk memahami dampak dari knowledge management di bidang perkebunan atau perusahaan perkebunan adalah dengan melihat daur hidup knowledge management (knowledge management lifecycle) dan alur dari knowledge di organisasi. Nonaka dan Takeuchi (1995) menginvestigasikan hubungan antara tacit knowledge dan explicit knowledge dan menjelaskan empat tahap konversi knowledge yaitu: Socialization, Externalisation, Combination dan Internalization. Ada empat wahana konversi knowledge : dari tacit knowledge ke tacit knowledge melalui proses sosialisasi, dari tacit ke explicit melalui eksternalisasi, explicit ke explicit knowledge melalui kombinasi, dan dari explicit ke tacit melalui internalisasi. Proses konversi organisasi adalah sebagai berikut :

Tujuan dari implementasi knowledge management dalam organisasi adalah menciptakan jumlah tacit yang dapat diterapkan oleh individu untuk menyelesaikan masalah. Knowledge Holder dapat melakukan knowledge sharing/transfer ke knowledge Seeker melalui sosialisasi atau menciptakan knowledge dan menyimpannya dalam penyimpanan (knowledge repository).

Oleh karena itu daya saing yang dituntut adalah cooperative advantage, yang menunjukkan terjadinya kerjasama antar industri,universitas dan lembaga penelitian untuk mendukung terjadinya inovasi produk atau jasa. Efisiensi terjadi karena penelitian tidak perlu dilakukan oleh industri tersebut dan intensif dalam penggunaan sumberdaya manusianya, karena dapat dukungan pengetahuan dari universitas. Pengelolaan inovasi berarti pengelolaan knowledge yang ada di perusahaan tersebut, oleh karena itu pada saat ini asset terpenting dari perusahaan adalah knowledge.

Dari perspektif kerja knowledge, system KM suatu organisasi merupakan system yang menyediakan sarana penciptaan pengetahuan, pengintegrasian antara knowledge yang diciptakan secara eksternal, penggunaan knowledge yang ada, dan menemukan pengetahuan dari sumber internal dan eksternal. Siklus pengetahuan dari Nonaka diarahkan kepada dukungan organisasi tersebut kepada peningkatan exchange and sharing of tacit and explicit knowledge.

Disadari bahwa tidak saja pengetahuan yang diperlukan dalam pengelolaan inovasi tetapi juga pengalaman, informasi tekstual dan pendapat para pakar. Karena itu hanya dengan peningkatan pengetahuan, pengalaman, dan informasi serta perhimpunan pendapat dari para pakar terhadap produk baru, siklus hidup produk atau perubahan produk dalam mengantisipasi kebutuhan pasar saja yang memungkinkan terjadinya inovasi.

Sedangkan ditinjau dari perspektif lain, system KM dari organisasi merupakan suatu kombinasi yang mutlak antara infrastruktur teknologi, infrastruktur organisasi, budaya, kemajuan pengetahuannya dan manusianya.

Untuk menghadapi persiangan internasional yang lebih ketat dan kompleks di bidang perkebunan, perlu dicari cara atau model untuk mendapatkan produk atau jasa yang diperlukan oleh pasar dan mempunyai ciri yang unik dibandingkan dengan para pesaing. Interaksi antar individu, kelompok dan pola tindakan dijembatani melalui aturan, peranan, dan wahana yang sebagian didefinikan oleh organisasi, tetapi juga tumbuh secara alami dari praktek social dan teknis dari system tersebut. Organisasi menggunakan informasi dalam tiga strategi wahana yaitu : memahami (make sense) dari lingkungannya (internal dan eksternal); menciptakan knowledge baru; dan pengambil keputusan (decision making). Proses sense making, knowledge creating dan decision making merupakan kegiatan informasi utama mengenai apa yang disebut knowing organization(Chun Wei Choo, 1998). Dengan menjajagi kemungkinan terjadinya siklus tersebut di perusahan diharapkan dapat dibuat model penciptaan pengetahuan yang sesuai dan dapat diterapkan di Indonesia di masa depan.

Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini diupayakan untuk memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkecimpung dalam bidang perkebunan yang menghasilkan produk atau jasa untuk menumbuhkan budaya inovasi mereka dalam meningkatkan daya saing mereka. Untuk kasus yang akan dijadikan prototype adalah mata rantai perkebunan dari benih – off-farm-on-farm dan pemasaran. Dampak dari penerapan prototype ini pada pelaku bidang perkebunan di Indonesia, akan dapat mengimbangi pesaing lainnnya, yang juga sudah atau akan menerapkan KM, diharapkan dapat memperlihatkan bahwa perkebunan di Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya. Rujukan penelitian ini adalah pada factor psikologis (perilaku konsumen dan produsen) karena factor yang akan dikaji selain factor internal juga nantinya factor eksternal.

Posted in Knowledge managemen | 2 Comments

Menerapkan KM di UKM

Terjun ke lapangan dan masuk ke daerah memang menarik untuk mengetahui kondisi nyata bagaimana metode seperti KM ini dapat berguna bagi orang banyak. Selang beberapa waktu lalu saya sempat diundang untuk memberi masukan tentang strategi penggunaan Internet kepada koperasi yang anggotanya para pengusaha industri kecil dan menengah di Sidoarjo. Dari situ saya makin memahami bahwa banyak usaha kecil yang sebenarnya mempunyai potensi untuk memperluas jangkauan pasarnya karena memang produknya banyak diminati pasar dan cukup berkualitas. Namun karena keterbatasan knowledge (pengetahuan+pengalaman) yang dimiliki akhirnya kendala ini menjadi penghalang untuk memperluas pasar dan meningkatkan volume bisnisnya.

Ambil contoh, walupun produk yang dibuat adalah hasil industri rumah tangga, namun apabila pasar yang dibidik adalah pasar kelas atas, tentu knowledge yang diperlukan adalah pola belanja dari konsumen kelas itu. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mendatangkan pakar atau praktisi pemasaran sebagai sumber knowledge yang mengerti benar tentang perilaku konsumen kelas premium. Jadi bukan lagi konsep pemasaran yang umum dan tidak mengikuti perubahan jaman. Pemerintah sebagai pembina industri kecil dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan seperti ini. Lembaga pembiayaan, selain mengucurkan dana juga dapat menjadi organizer untuk mengucurkan knowledge bagi pemberdayaan berbagai aspek kepada pengusaha yang dibiayai. Knowledge yang diperlukan juga termasuk bagaimana mengolah data dan memanfaatkan informasi melalui penggunaan teknologi informasi sebagai alat bantu. Seperti misalnya saat ini melalui Internet dapat diakses informasi mengenai permintaan macam-macam komoditi yang diperlukan oleh berbagai negara. Namun untuk mendapatkan informasi ini, diperlukan knowledge agar informasi dari Internet itu dapat menjadi suatu peluang. Pemberdayaan knowledge juga dapat dilakukan dengan membagi seri VCD hiburan yang dikemas juga dengan ragam informasi yang sarat akan cerita pengetahuan, pengalaman dan pesan-pesan motivasi yang membangkitkan semangat berusaha.

Di sisi pelaku bisnis.

Pada sisi yang lain, pelaku industri kecil tentu tidak hanya bisa berdiam diri menanti bantuan. Inisiatif dapat dilakukan dengan mengajak sekolah atau perguruan tinggi komputer untuk melakukan kerja praktek membuat situs web di Internet untuk pemasaran. Selain itu, untuk kepentingan bahasa para mahasiswa sekolah bahasa dapat dilibatkan pula untuk mempraktekkan kepandaiannya dalam membuat brosur atau isi situs web dalam bahasa Inggris.

KM dan ukuran usaha

KM untuk perusahaan besar atau kecil mempunyai tujuan yang sama, yaitu sistem untuk mendayagunakan aset knowledge untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan. Bagi perusahaan kecil dengan jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak, sebenarnya akan lebih mudah menciptakan, mendokumentasikan dan menyebarkan knowledge. Keadaan ini merupakan suatu keuntungan bagi perusahaan untuk memulai sesuatu yang baru dan dapat lebih cepat beradaptasi dengan perubahan.

Dari segi kemajuan suatu negara pun, KM tidak selalu ada di negara yang telah maju. Di negara berkembang lain, Nicolas Gorjestani konsultan senior Bank Dunia pada tahun 2002 menerapkan KM bagi masyarakat pertanian di negara-negara Afrika. Ia bertujuan untuk memberdayakan masyarakat untuk dapat memanfaatkan berbagai sumber knowledge yang diperlukan, berhubungan dengan praktisi yang telah berpengalaman dan belajar bersama untuk menggunakan teknologi modern. Di Taiwan, KM untuk usaha kecil dan menengah (UKM) telah menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Nasional sampai tahun 2008. Rencana ini mencakup hubungan pengembangan knowledge antar entitas pengusaha dengan pengusaha, pengusaha dengan pasar dan pengusaha dengan pemerintah. Di negeri kita memang seharusnya percepatan agar masyarakat menjadi semakin pandai mengelola sumber daya perlu menjadi prioritas, agar kita tidak saja menjadi konsumen yang baik di negeri sendiri.

Posted in Knowledge managemen | Comments Off on Menerapkan KM di UKM

7 CMS GRATIS UNTUK MEMBANGUN TOKO ONLINE

Membangun Toko Online sangatlah murah, menyenangkan, dan mudah.
Terutama semenjak hadirnya teknologi Website Content Management System (CMS). Dengannya, orang awam yang tidak memiliki kemampuan dalam membaca kode HTML/PHP-pun menjadi dapat dengan mudah dan nyaman dalam membuat website. Contoh, WordPress dan Joomla adalah dua contoh web CMS yang populer di dunia.
Ada beberapa CMS khusus toko online yang dapat kita gunakan:
1. OsCommerce
Merupakan CMS toko online populer yang dirintis pada tahun 2000. OsCommerce didukung oleh lebih dari 5000 add on (aplikasi tambahan) yang membuatnya menjadi kaya fitur. Hingga saat ini, osCommerce sudah dipakai lebih dari 11.000 website.
2. Zen Cart
Merupakan CMS toko online yang dibangun dari OsCommerce. Zen Cart mulai dirilis pada tahun 2003. Sayang semenjak 11 Desember 2007, Zen Cart belum mengeluarkan versi terbarunya lagi.
3. Open Cart
Open Cart merupakan CMS toko online yang kaya fitur dan cocok untuk bisnis skala kecil hingga menengah.
4. Prestashop
Semenjak dirilis pada tahun 2007, Prestashop telah memiliki 40 ribu member komunitas dan digunakan oleh lebih dari 24 ribu toko online di dunia. Prestashop merupakan salah satu toko online yang memiliki fitur lengkap, mudah digunakan, dan memiliki tampilan yang menawan.
5. FreeWay
Freeway mengklaim dirinya sebagai CMS toko online yang paling lengkap fiturnya bahkan memiliki fitur yang tak ditemukan di sistem komersial yang paling mahal sekalipun.
6. MagentoCommerce
Beberapa penghargaan berhasil diraih Magento meski usia Magento masih relatif muda. Dirilis pada Maret 2008, Magento berhasil meraih penghargaan “Best New Open Source Project” pada Juli 2008 lalu meraih penghargaan “Best of Open Source Enterprise Applications” pada Agustus 2008 dan mempertahankannya pada September 2009. Memang, MagentoCommerce adalah toko online yang memiliki beberapa fitur canggih seperti MagentoConnect yang tidak dimiliki oleh CMS toko online lainnya.
7. Quick.Cart
Adalah toko online paling sederhana dan paling mudah penggunaannya diantara CMS toko online – toko online yang ada. Kesederhanaan fungsi dan fiturnya membuat kita yang masih awam akan toko online mudah dalam memahaminya.
Selain bisa memanfaatkan salah satu dari tujuh CMS khusus toko online di atas, kita juga bisa memakai CMS WordPress dan Joomla sebagai toko online. Namun WordPress dan Joomla ini harus diinstall aplikasi tambahan (plugin) yang mendukung toko online agar bisa berfungsi sebagai toko online. Untuk WordPress kita bisa menginstall Wp-ecommerce, sedangkan Joomla kita bisa menginstall Virtuemart.
Murah
Dalam membangun toko online biaya yang dibutuhkan sangatlah murah. CMS toko online pada contoh di atas adalah CMS yang sifatnya open source dan gratis. Artinya kita bisa memakai CMS-CMS tersebut secara bebas tanpa perlu membayar ke pihak mereka. Paling biaya yang dibutuhkan adalah biaya untuk membeli domain dan hosting (itupun ada yg gratis bro) selain biaya untuk membeli buku atau mengikuti training untuk memperdalam pengetahuan kita akan toko online.

Posted in Knowledge managemen | 2 Comments

3 Tips Praktis Membangun Knowledge Management

Knowledge-based economy, demikian sebuah kosa kata yang kini makin acap terdengar. Frasa itu secara eksplit juga makin meneguhkan pentingnya makna pengetahuan bagi eksistensi sebuah organisasi – entah itu organisasi bisnis ataupun organisasi publik.
Dalam konteks itulah, kini juga makin mendesak sebuah kebutuhan bagi setiap organisasi untuk membangun apa yang disebut sebagai knowledge management atau manajemen pengetahuan. Knowledge management atau sering disingkat KM sendiri sejatinya dapat diartikan sebagai sebuah tindakan sistematis untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan mendistribusikan segenap jejak pengetahuan yang relevan kepada setiap anggota organisasi tersebut, dengan tujuan meningkatkan daya saing organisasi.
Di Indonesia sendiri, konsep dan aplikasi dari knowledge management ini sudah makin berkembang dengan baik. Bahkan ada sebuah organisasi konsultan, yakni Dunamis (pemegang lisensi Stephen Covey di Indonesia) yang memberikan award tahunan bagi perusahaan di Indonesia yang dianggap terbaik dalam penerapan knowledge management. Award itu disebut MAKE (Most Admired Knowledge Enterprises), dan tiga pemenang utama untuk tahun 2008 ini adalah Excelkomindo Pratama (XL), Astra International dan Telkom Indonesia.
Lalu langkah apa saja yang mesti dilakukan untuk mengembangkan knowledge management yang tangguh? Berikut tiga tips praktis yang mungkin bisa dirajut guna menata knowledge management yang efektif.
Langkah yang pertama adalah membangun apa yang bisa disebut sebagai Portal Pengetahuan secara internal (intranet knowledge portal). Dalam portal yang bisa diakses oleh setiap anggota perusahaan inilah, disusun beragam folder dan menu pengetahuan yang relevan. Isinya bisa menyangkut artikel-artikel tentang manajemen praktis; paper mengenai dinamika industri bisnis yang digeluti; materi-materi pelatihan internal; ataupun juga berupa paper pengalaman dari karyawan perusahaan tersebut dalam mengerjakan sebuah projek tertentu.
Dulu ketika saya masih bekerja pada sebuah perusahaan konsultan asing, firma saya ini menyediakan sebuah portal pengetahuan yang sangat ekstensif. Salah satu menu favorit kami adalah “lesson learned paper” yang berisikan poin-poin penting apa – baik poin kegagalan ataupun keberhsilan — yang diperoleh ketika rekan-rekan kami mengerjakan projek konsultasi untuk para kliennya di berbagai negara di dunia. Melalui paper ini, “learning curve” kami dapat bergerak dengan cepat lantaran adanya proses saling berbagai pengetahuan dari beragam sumber di beragam tempat.
Lalu, siapa yang mestinya mengelola portal pengetahuan ini? Idealnya mesti ada satu dedicated person yang bertugas mengidentifikasi, mengkodifikasi dan menata beragam sumber pengetahuan yang relevan (sebutannya adalah “knowledge officer”). Orang ini tentu mesti dibantu oleh tim IT untuk menyiapkan infrastruktur database dan portal intranet tersebut.
Langkah praktis kedua adalah dengan mentradisikan semacam pertemuan Knowledge Sharing Session, selama sekitar 2 jam, setidaknya setiap bulan sekali. Sharing session ini bisa dilakukan secara corporate-wide, atau dilakukan per departemen/divisi. Bisa dilakukan dengan mengundang narasumber dari luar atau internal. Materinya bisa berupa pengetahuan manajemen praktis ataupun pengalaman karyawan dalam mengerjakan sebuah tugas/projek. Hasil sharing session ini kemudian juga bisa di-upload ke Portal Pengetahuan, sehingga setiap karyawan bisa mengakses materinya. Knowledge sharing session ini akan sangat bermanfaat dalam menggali dan mendistribusikan potensi pengetahuan yang ada dalam diri setiap karyawan perusahaan.
Langkah praktis ketiga adalah dengan menerbitkan semacam Online Knowledge Buletin. Buletin ini dapat diterbitkan sebulan atau dua bulan sekali, dan berisikan update pengetahuan-pengetahuan mutakhir mengenai manajemen/bisnis ataupun mengenai dinamika industri yang ditekuni oleh perusahaan tersebut (beragam artikel yang ada di blog ini juga sangat cocok menjadi materi buletin itu…..hehehehe). Buletin ini sebaiknya didistribusikan melalui multimedia email (email multimedia maksudnya email yang isinya variatif, penuh warna dan elemen visual lainnya; jadi berbeda dengan email tradisional yang garing dan biasa Anda terima itu). Melalui knowledge buletin ini, pengetahuan setiap karyawan perusahaan Anda bisa terus disegarkan dan ter-upate; jadi tidak lapuk ketinggalan zaman.

Posted in Knowledge managemen | Comments Off on 3 Tips Praktis Membangun Knowledge Management

IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA ORGANISASI PUBLIK

Besarnya tanggung jawab pemerintahan dewasa ini tidak dipungkiri menjadikan pemerintah harus dapat mengikuti perubahan global yang berubah dengan cepat seiring waktu, setidaknya ada dua tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintahan kita –baik pemerintahan pusat dan daerah- pertama dalam era globalisasi kita dituntut untuk memenuhi standar global yang sarat dengan persaingan sedangkan era otonomi yang sistem pemerintahannya bersifat desentralisasi dengan meletakkan pemerintah untuk lebih dekat dengan masyarakat yang dilayaninya , seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat sendiri cerdas dan semakin banyak tuntutannya sehingga menuntut organisasipun semakin cerdas.

Sayangnya tanggung jawab yang besar ini tidak terinternalisasi pada semua jiwa aparatur pemerintahan kita, masih banyak kita temui kinerja organisasi pelayanan publik yang “seenaknya” melayani masyarakat –dapat kita lihat pelayanan kepada korban lapindo-, banyaknya permasalahan yang tidak terselesaikan oleh pemerintah saat ini menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah kita, padahal usaha untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance) setidaknya ada tiga domain yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak dilepaskan peranannya yaitu Negara (State), Swasta (Private Sector), dan Masyarakat (Society) serta menjalankan fungsinya masing-masing. Interaksi dari ketiga domain ini bekerja dengan fungsinya masing-masing sehingga diharapkan mampu menciptakan hubungan yang sinergis dan konstruktif sehingga pemerintahan kita harus mampu melakukan inovasi.

Knowledge Management yang dijabarkan melalui buku ini menjabarkan bahwa sebagai sebuah teori telah banyak diaplikasikan dan terbukti mampu mengangkat sebuah organisasi/perusahaan terutama oleh perusahaan-perusahaan besar di dunia, misalnya perusahaan-perusahaan jasa dibidang teknologi informasi selalu menempati urutan teratas sebut saja Microsoft, Google dan beberapa perusahaan besar lainnya dari hasil penelitian yang ada ternyata perusahaan tersebut dapat menjadi perusahaan teratas dan bertahan karena mereka mampu meramu berbagai pengetahuan baik dari internal (karyawan, manajemen) dan eksternal (Konsumen/masyarakat).

Melalui tiga pendekatan dalam mempelajari Knowledge Management yaitu organizational cognition and intelligence, organizational strategy and development dan organizational and information system development sehingga sebuah organisasi diharapkan mampu meramu sebuah informasi yang akan dijadikan pengetahuan dan menjadi inovasi dalam konsep pelayanannya terhadap masyarakat. mengutip pendapat Charles Handy menegaskan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan lingkungan tidak pasti, organisasi-organisasi yang secara kontinyu memperbaharui dirinya, menemukan dirinya kembali dirinya. Kondisi-kondisi ini yang disebut oleh Handy sebagai learning organization. (halaman 8) sudah selayaknya dipikirkan dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan kita untuk melakukan pelayanan dan kebijakan yang baik. Sedangkan dalam pandangan Chun Wei Choo ada tiga klasifikasi pengetahuan yaitu Tacit Knowledge yang merupakan pengetahuan implicit yang digunakan oleh anggota organisasi untuk melaksanakan tugasnya yang ditunjukkan dengan action based skill dan tidak dapat diverbalkan, kedua Explicit Knowledge, pengetahuan ini diekspresikan dalam bentuk system symbol dan dapat dikomunikasikan serta didisfusikan baik yang berbasiskan objek maupun aturan dan yang terakhir Cultural Knowledge adalah struktur afektif dan kognitif yang digunakan oleh anggota organisasikan untuk mempersepsikan, menjelaskan, mengevaluasi dan mengkonstruk realitas.(hal.105).

Belum banyaknya ahli yang mengamati perubahan organisasi pemerintah menjadikan nilai tambah dalam buku ini sebagai media informasi kita, dapat kita temui setidaknya sejumlah daerah menghasilkan inovasi pelayanan publik yang merupakan output dari penciptaan dan aplikasi pengetahuan baru. Sejumlah inovasi program yang sudah dan sedang dilakukan antara lain pembenahan manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara, Pembentukan LEPP-M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina) oleh Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, Program Gianyar Sejahtera oleh Pemda Kabupaten Gianyar, Pelatihan Aparatur Pemerintahan Desa oleh Kabupaten Sumba Timur dan kabupaten Jembrana melalui beberapa program inovatifnya.

Sebuah program yang baik tidak mungkin tercapai tanpa kemampuan manajerial seorang pemimpin yang dijelaskan sebagai dalam buku ini sebagai fasilitator publik bukannya raja-raja kecil yang absolute sehingga dijelaskan disini tentang fungsi pemimpin organisasi publik yaitu (1) membantu bawahannya dalam mendiagnosis jenis-jenis kebutuhan belajar untuk memperoleh pengetahuan (fungsi diagnostic); (2) merencanakan dengan bawahannya serangkaian pengalaman yang akan menghasilkan tujuan pembelajaran guna menghasilkan pengetahuan baru; (3) menciptakan kondisi yang akan mempengaruhi keinginan bawahan untuk belajar terutama hal yang baru (fungsi motivasi); (4) memiliki metode dan teknik yang efektif untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang diinginkan (fungsi metodologi); (5) menyediakan sumber daya manusia dan material yang diperlukan untuk menghasilkan pembelajaran yang diinginkan (fungsi sumber daya); (6) membantu bawahan mengukur pengalaman hasil pembelajaran (fungsi evaluasi).

Posted in Knowledge managemen | 6 Comments

Welcome to Binusian Blog World !

Welcome to Binusian blog. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging! Happy Blogging 🙂

Binusian Link

  • BEEBLOGGER FORUM
  • BINUS CENTER
  • BINUS CORPORATE
  • BINUS INTERNATIONAL
  • BINUS ONLINE LEARNING
  • BINUS BUSINESS SCHOOL
  • BINUS SCHOOL
  • BINUS UNIVERSITY
  • Posted in Binusian Blog | Comments Off on Welcome to Binusian Blog World !