IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA ORGANISASI PUBLIK

Besarnya tanggung jawab pemerintahan dewasa ini tidak dipungkiri menjadikan pemerintah harus dapat mengikuti perubahan global yang berubah dengan cepat seiring waktu, setidaknya ada dua tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintahan kita –baik pemerintahan pusat dan daerah- pertama dalam era globalisasi kita dituntut untuk memenuhi standar global yang sarat dengan persaingan sedangkan era otonomi yang sistem pemerintahannya bersifat desentralisasi dengan meletakkan pemerintah untuk lebih dekat dengan masyarakat yang dilayaninya , seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat sendiri cerdas dan semakin banyak tuntutannya sehingga menuntut organisasipun semakin cerdas.

Sayangnya tanggung jawab yang besar ini tidak terinternalisasi pada semua jiwa aparatur pemerintahan kita, masih banyak kita temui kinerja organisasi pelayanan publik yang “seenaknya” melayani masyarakat –dapat kita lihat pelayanan kepada korban lapindo-, banyaknya permasalahan yang tidak terselesaikan oleh pemerintah saat ini menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah kita, padahal usaha untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance) setidaknya ada tiga domain yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak dilepaskan peranannya yaitu Negara (State), Swasta (Private Sector), dan Masyarakat (Society) serta menjalankan fungsinya masing-masing. Interaksi dari ketiga domain ini bekerja dengan fungsinya masing-masing sehingga diharapkan mampu menciptakan hubungan yang sinergis dan konstruktif sehingga pemerintahan kita harus mampu melakukan inovasi.

Knowledge Management yang dijabarkan melalui buku ini menjabarkan bahwa sebagai sebuah teori telah banyak diaplikasikan dan terbukti mampu mengangkat sebuah organisasi/perusahaan terutama oleh perusahaan-perusahaan besar di dunia, misalnya perusahaan-perusahaan jasa dibidang teknologi informasi selalu menempati urutan teratas sebut saja Microsoft, Google dan beberapa perusahaan besar lainnya dari hasil penelitian yang ada ternyata perusahaan tersebut dapat menjadi perusahaan teratas dan bertahan karena mereka mampu meramu berbagai pengetahuan baik dari internal (karyawan, manajemen) dan eksternal (Konsumen/masyarakat).

Melalui tiga pendekatan dalam mempelajari Knowledge Management yaitu organizational cognition and intelligence, organizational strategy and development dan organizational and information system development sehingga sebuah organisasi diharapkan mampu meramu sebuah informasi yang akan dijadikan pengetahuan dan menjadi inovasi dalam konsep pelayanannya terhadap masyarakat. mengutip pendapat Charles Handy menegaskan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan lingkungan tidak pasti, organisasi-organisasi yang secara kontinyu memperbaharui dirinya, menemukan dirinya kembali dirinya. Kondisi-kondisi ini yang disebut oleh Handy sebagai learning organization. (halaman 8) sudah selayaknya dipikirkan dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan kita untuk melakukan pelayanan dan kebijakan yang baik. Sedangkan dalam pandangan Chun Wei Choo ada tiga klasifikasi pengetahuan yaitu Tacit Knowledge yang merupakan pengetahuan implicit yang digunakan oleh anggota organisasi untuk melaksanakan tugasnya yang ditunjukkan dengan action based skill dan tidak dapat diverbalkan, kedua Explicit Knowledge, pengetahuan ini diekspresikan dalam bentuk system symbol dan dapat dikomunikasikan serta didisfusikan baik yang berbasiskan objek maupun aturan dan yang terakhir Cultural Knowledge adalah struktur afektif dan kognitif yang digunakan oleh anggota organisasikan untuk mempersepsikan, menjelaskan, mengevaluasi dan mengkonstruk realitas.(hal.105).

Belum banyaknya ahli yang mengamati perubahan organisasi pemerintah menjadikan nilai tambah dalam buku ini sebagai media informasi kita, dapat kita temui setidaknya sejumlah daerah menghasilkan inovasi pelayanan publik yang merupakan output dari penciptaan dan aplikasi pengetahuan baru. Sejumlah inovasi program yang sudah dan sedang dilakukan antara lain pembenahan manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara, Pembentukan LEPP-M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina) oleh Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, Program Gianyar Sejahtera oleh Pemda Kabupaten Gianyar, Pelatihan Aparatur Pemerintahan Desa oleh Kabupaten Sumba Timur dan kabupaten Jembrana melalui beberapa program inovatifnya.

Sebuah program yang baik tidak mungkin tercapai tanpa kemampuan manajerial seorang pemimpin yang dijelaskan sebagai dalam buku ini sebagai fasilitator publik bukannya raja-raja kecil yang absolute sehingga dijelaskan disini tentang fungsi pemimpin organisasi publik yaitu (1) membantu bawahannya dalam mendiagnosis jenis-jenis kebutuhan belajar untuk memperoleh pengetahuan (fungsi diagnostic); (2) merencanakan dengan bawahannya serangkaian pengalaman yang akan menghasilkan tujuan pembelajaran guna menghasilkan pengetahuan baru; (3) menciptakan kondisi yang akan mempengaruhi keinginan bawahan untuk belajar terutama hal yang baru (fungsi motivasi); (4) memiliki metode dan teknik yang efektif untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang diinginkan (fungsi metodologi); (5) menyediakan sumber daya manusia dan material yang diperlukan untuk menghasilkan pembelajaran yang diinginkan (fungsi sumber daya); (6) membantu bawahan mengukur pengalaman hasil pembelajaran (fungsi evaluasi).

This entry was posted in Knowledge managemen. Bookmark the permalink.

6 Responses to IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA ORGANISASI PUBLIK